Telantarkan Ibu Bersalin hingga Meninggal, Dirut RSIA Aceh Dituntut Mundur
BANDA ACEH, KOMPAS.com – Solidaritas Perempuan Anti Korupsi Aceh (SPAK-Aceh) mendesak gubernur Aceh dan dinas terkait mencopot direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Banda Aceh dan mengevaluasi secara menyeluruh kinerja rumah sakit beraslin tersebut.
Desakan ini diserukan dalam aksi unjuk rasa di depan RSIA Banda Aceh, Jumat (1/4/2016) pagi. Selain diikuti oleh para aktifis SPAK-Aceh, aksi demo yang diawali dengan longmarch ini juga diikuti sejumlah ibu yang pernah mendapatkan layanan kurang memuaskan di RSIA.“Hanya untuk melakukan proses USG saja, saya harus bolak-balik selama dua hari ke rumah sakit ini, sungguh pelayanan yang buruk bagi pasien,” teriak seorang peserta demo di depan rumah sakit, Jumat (1/4/2016).
Tak hanya itu, seorang peserta aksi lainnya bernama Lia, mengaku mendapat pelayanan tak menyenangkan yang diduga menyebabkan bayinya lahir prematur dan meninggal dunia.
“Kondisi bayi saya saat itu terlilit kabel listrik di inkubator, dan ini tak pernah menjadi perhatian dari pihak rumah sakit. Anda bisa bayangkan seperti apa pengawasan yang dilakukan perawat dan dokter terhadap bayi,” ujar Lia tak kuasa menahan rasa dukanya.
Koordinator aksi, Yulindawati menegaskan bahwa Gubernur Aceh selaku penanggung jawab RSIA harus berani mencopot pihak-pihak yang diduga bertanggung jawab atas buruknya kinerja dan pelayanan di RSIA.
“Ini juga merupakan bagian dari upaya menegakkan disiplin para petugas rumah sakit, baik dokter, paramedis, dan staf, bahkan kepala rumah sakit dalam mengemban tanggung jawab,” ujar Yulindawati.
Kalau tidak dicopot, lanjut Yuslindawati, Direktur RSIA diminta mundur saja dari jabatannya, karena sudah menjadi rahasia umum di kalngan masyarakat bahwa pelayanan di RSIA tidak berpihak kepada pasien.
Aksi unjuk rasa ini dipicu oleh musibah yang menimpa Suryani Abdul Wahab, warga Desa Lambatee, Kecamatan Darul Kamal, Aceh Besar. Suryani meninggal dunia bersama bayinya di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin (RSUDZA). Pasien ini merupakan rujukan dari Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA), Banda Aceh.
Suami korban, Muslem Puteh (47) mengisahkan, istrinya sebelum dirujuk ke RSUDZA, terlebih dahulu dirawat di RSIA, Banda Aceh selama 8 jam lebih. Mereka mulai masuk ke RSIA, Banda Aceh, Senin (28/3/2016) pada pukul 06.00 WIB pagi. Namun hingga pukul 13.00 WIB, tidak ada dokter yang menangani istrinya.
Kejadian ini terus berlangsung hingga malam hari. Setelah berkali-kali menanyakan keberadaan dokter, akhirnya pihak RSIA memberi surat rujukan ke Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin (RSUDZA). Tapi sayang, nyawa Suryani tak tertolong. Saat operasi dilakukan, bayi mereka ternyata sudah meninggal, dan Suryani pun menyusul beberapa jam kemudian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar