GERAKAN ABU SAYYAF
A. Pendahuluan
Konflik di Asia Tenggara selalu berkaitan erat dengan konteks regional, sosial-budaya dan konstelasi politik kenegaraan. Di Filipna, konflik bermula berkaitan erat dengan persaingan misi agama Islam dan Kristen/ pasca abad ke-13. Diskriminasi negara terhadap kelompok minoritas Muslim menjadi lebih kentara ketika menyebut mereka sebagai Moro, artinya identik dengan kelompok Islam yang dulu menduduki Spanyol. Dari sinilah konflik terus berkecamuk. Agama dan identitas etnik bahkan menempati bagian penting dari konflik itu. Pemberontakan oleh kelompok Muslim Minoritas di Mindanao, Filipina Selatan, misalnya, lebih karena diperlakukan tidak adil dalam kehidupan ekonomi dan politik, walaupun ada unsur agama yang cukup berperan.
Hal menarik dari pengaruh global terhadap pemberontakan adalah faktor terorisme. Ia tidak saja menjadi bagian dari pemberontakan di Asia Tenggara tetapi juga telah menjadi propaganda utama Barat dalam menghadapi Islam garis keras. Bahkan bagi para analis politik, Asia Tenggara telah menjadi arena perang bagi al-Qaeda dan Amerika. Faktor agama telah menjadi simbol penting untuk menumbuhkan kesadaran kelompok Muslim tertentu dengan jargon jihad fi sabililah (jihad di jalan Allah).
Sejak peristiwa sebelas Septenber 2001, Amaerika mulai melakukan pemusnahan terorisme. Salah satu yang menjadi sasaran dari Amerika adalah sebuah kelompok yang terdapat di megara Filipina yakni Kelompok Abu Sayyaf. Pemerintah Filipina sudah memulai kerjasama dengan Amerika dalam pemusnahan kelompok ini. Abu Sayyaf sendiri adalah suatu gerakan yang didirikan oleh Abubakar Janjalani pada tahun 1989. Janjalani adalah seorang yang terpelajar, dia pernah belajar di Saudi-Arabia dan Libiya dan telah menjadi seseorang yang radikal. Setelah menyelesaikan studinya, Janjalani kembali ke Basilan kota kelahirannya. Dia mulai merekrut orang-orang yang tidak sejalan dengan MNLF dan orang-orang Filipina yang pernah berjuang dengan Mujahidin Afghanistan melawan Uni Soviet untuk bergabung dengannya.
B. Sejarah Awal Konflik di Filipina
Filipina Selatan adalah sebuah daerah yang tidak henti-hentinya mengalami konflik. Daerah ini adalah daerah dimana mayoritas penduduknya beragama Islam. Konflik yang terjadi di daerah ini adalah karena adanya persaingan antar agama diluar facktor lain seperti politik, social dan budaya.
Hal yang paling krusial adalah yang menyangkut dengan agama. Konflik di Filipina dimulai dengan kolonisasi yang dilakukan oleh orang arab dan kemudian oleh Kristen, yangmana keberbedaan kedua agama tersebut, hingga sekarang masih berkompetisi untuk memperebutkan perhatian penduduk pribumi. Orang-orang Arab Islam bergeser ke Selatan Filipina ketika orang-orang Kristen menduduki Utara Filipina. Menurut orang-orang Islam akar dari gerakan separatis di Filipina “didalamnya adanya kultur dan agama yang jauh berbeda antara Kristen, Daerah Utara di Jajah, dan Muslim, beranggapan Selatan bukanlah taklukan dari Kristen.[1] Ini berarti daerah Selatan yang pada awalnya didominasi oleh Muslim telah terusik dengan kehadiran agama Kristen sampai ke daerah ini.
Konflik yang terjadi di Filipina mulai terjadi sejak kedatangan orang-orang Kristen Spanyol dan berhasil menduduki daerah Filipina Utara atau kepulauan Luzon pada tahun 1565.[2] Sejak saat itu orang-orang Spanyol yang ingin mendirikan Filipina sebagai daerah koloni dan memasukan penduduk ke dalam agama Kristen. Sejak saat itu terjadi perlawanan-perlawana antara orang Spanyol dan penduduk pribumi Islam, dan dimenangkan oleh Spanyol pada tahun 1673.[3]
Konflik di Filipina terus berlanjut, setelah Spanyol berkuasa maka beralih kekuasaan kepada Amerika, Jepang dan sampai Filipina memproklamasikan dirinya sebagai Negara yang merdeka pada tanggal 4 Juli 1946. Pada masa pemerintahan Marcus, konflik awal terjadi akibat suatu peristiwa pembunuhan di Corregidor. Para sukarelawan Muslim Filipina, yang dilatih dalam taktik geriliya oleh suatu pasukan resmi, dibunuh atas perintah komandan pasukan. Mereka menolak di kirim ke Sabah guna melakukan inflirtasi Militer. Karena peristiwa ini terbentuklah Front Pembebasan Muslim Moro (MNLF), MNLF adalh sebuah gerakan yang sangat berpengaruh dalam memperjangkan kebebasan Muslim Moro. Dua kelompok lainnya adalah seperti Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dan yang paling belakangan adalah Abu Sayyaf yang terbentuk pada tahun 1989.[4] Ketiga kelompok gerakan ini memiliki tujuan yang sama yakni ingin mendirikan sebuah Negara teokrasi islam di Mindanao Filipina Selatan dan pembangunan ekonomi di wilayah mereka.[5]
Dalam tulisan ini hanya akan membahas mengenai gerakan Kelompok Abu Sayyaf, dimana gerakan ini telah memperlihatkan sebuah keresahan di Filipina Selatan khusunya di Mindanao, kemompok ini anti terhadap agama Kristen, dan aksi-aksi yang telah dilakukan telah menjurus kepada tindak terorisme.
C. Kelompok Abu Sayyaf (ASG)
1. Ideologi Gerakan
Abu Sayyaf adalah suatu gerakan yang bersifat radikal, dimana gerakan ini selalu mengunakan kekerasan dalam setiap aksinya. Gerakan Abu Sayyaf di Filipina ini telah sangat meresahkan warga Filipina dengan aksi-aksi pengeboman, penculikan dan pengeksekusisn terhadap sandra. Gerakan Abu Sayyaf ini telah mengarah ke taraf teroroisme.
Mengenai hal Teroroisme, menyangkut istilah ideology ini sulit disepakati dan secara objektif bahwa suatu kelompok terorisme yang ditunjukkan melalui aksi kekerasan. Ideologi terorisme mungkin digunakan pada berbagai bentuk misalnya agama atau politik, tetapi masih memiliki tujuan motif aksi yang sama, yang menyatukan kelompok, dan jaringan organisasi pada komunitas yang memiliki isi pokok adalah pertengkara. Menurut Charles W Kigley Jr dan Eugene R Wirtkopf adalah suatu penggunaan ancaman kekerasan, suatu metode pertempuran atau strategi untuk meraih tujuan tertentu, yang ditujukan untuk menimbulkan keadaan takut di pihak korban.[6] Ranstop berpendapat bahwa fanatisme agama adalah sebuah motif principal dari terorisme, dan dinyatakan dengan tegas oleh keberagaman keyakinan, seperti Islam, Yahudi, Kristen, dan keyakinan lain, acapkali menempuh aksi terorisme. Dia berpendapat bahwa terorisme agama adalah suatu tipe kekerasan politik yang dimotivasi oleh rasa krisis spiritual dan sebuah reaksi terhadap perubahan sosial dan politik.[7]
Menurut Ronald Gottersman, terdapat dua jenis organisasi teroris yaitu domestik dan internasional. Teroris dari organisasi berjenis domestik melakukan aktifitasnya hanya didalm negeri tempat ia berdomisili. Sedangkan teroris dari organissasi berjenis internasional menyerang musuh mereka dimana saja dan kapan saja. Sedangkan Atif M Mir membedakan lingkup gerakan dalam dua bagian yaitudomestic terorism dan International Terorism.Domestic Terorism yaitu gerakan terorisme yang dilakukan didalam batas teritorial suatu negara dan dilakukan oleh perseorangan atau kelompok dengan tujuan-tujuan khusus politik, ekonomi atau agama. Internasional terorism yaitu gerakan terorisme yang dihubungkan dengan penyerangan-penyerangan terhadap susunan-susunan pihak ketiga (Third Party Target) di wilayah atau teritorial asing dan dapat pula di dukung serta disponsori oleh suatu negara.[8]Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Gerakan Abu Sayyaf ini adalah sebuah gerakan terorisme domestik, yangmana gerakan ini hanya beraksi di wilayah-wilayah tertentu di Filipina.
Pada awalnya Abu Sayyaf (bapak penyandang pedang) dikenal dengan nama al-Harakatul al-Islamiya. Di awal tahun 1980-an sekitar 300 dan 500 fundamentalis Moro tiba di Peswahan, Pakistan, untuk membantu Mujahiddin yang sedang melawan invasi dan pendudukan Soviet ke Afghanistan. Salah seorang dari mereka, Ustadz Abdurajak Janjalai, muncul sebagai seorang pemimpin.[9]
Kelompok Abu Sayyaf pertama muncul pada tahun 1989 dibawah kepemimpinan Abdurajak Janjalani, anak seorang ulama di Basilan, dia belajar di sebuah Universitas Islam di Arab Saudi, lulus pada tahun 1981 sebelumnya belajar hukum Islam di Ummu l-Qura di Mekkah selama 3 tahun. Dia kembali ke Basilan dan Zamboanga untuk berkhutbah pada 1984. Pada 1987 dia mengunjungi Libya dan kemudian melanjutkan bersama Mujahiddin dan melawan Soviet selama beberapa tahun di Afghanistan.[10] Abu Sayyaf telah memiliki hubungan dengan sebuah gerakan fundamentalis Islam, Al-Islamic Tabligh, di tahun 1980.[11] Kelompok dibawah pimpinan Janjalani sedang menjalankan sebuah pembentukan negara Islamic Theocratic State of Mindanao (MIS), dan memasukan sebuah kepercayaan agama yang meneriakan intoleransi dengan tujuan untuk menyebarkan Islam melalui Jihad[12] dan yang menjadi target sasarannya semua umat Kristen Filipina. Dalam pencarian objeknya, Kelompok Abu Sayyaf telah menetapkan ideologinya dengan tegas dan agenda operasional yang telah mendalam terikat pada sebuah maksud usaha pengabungan yang memaksa dominasi Islam dunia melalui perlawanan bersenjata.[13] Kelompok Abu Sayyaf sangatlah kecil dan merupakan kelompok separatis Islam yang sangat radikal di Filipina Selatan. Mereka menggunakan pemboman, pembunuhan, penculikan dan pemerasan untuk mengupayakan berdirinya sebuah negara Islam yang merdeka di Mindanao bagian Barat dan daerah Sulu, dimana daerah Filipina Selatan merupakan populasi tertinggi umat Muslim tinggal.[14]
2. Kepemimpinan
Typical infrastruktur teroris kontemporer seperti gaya sentripugal sebuah sistem tata surya: dimna pemimpin bagaikan matahari, dan anggotanya seperti planet yang mengelilinginya, biasanya cukup memiliki pengaruh langsung yang kuat. Zawordy, berpendapat bahwa dalam sistem hirarki ini, pemimpin berada diposisi teratas ketika dalam sistem sentripugal pamimpin adalah pusatnya. Pemimpin gerakan teroris, dijadikan pusat organisasi. Tidak hanya sebagai katalisator langsung dari setiap aksi, dengan rencana, tetapi mereka juga berpartisipasi dalam setiap aksi. Disatu sisi, Cragin dan Daily telah menunjukan bahwa kepemimpinan sangatlah lebih berarti dan berpendapat bahwa pemimpin berperan dalam mepertahankan kohesiensi kelompok dan bertangungjawab terhadap organisasi seperti yang dilakukan oleh seorang pemimpin yang berkarisma.
Kemunculan Abu Sayyaf di awal tahun 1990-an dipresentasikan sebagai pergerakan separatis Muslim yang radikal yang dikepalai oleh Abdurajak Janjalani, yang merupakan seorang veteran perang dari Afghanistan. Dia berjuang bersama-sama dengan kelompok mujahidin dibawah pimpinan Abdul rasul Abu Sayyaf. Ketika Soviet menarik diri dari Afghanistan pada tahun 1989, Abdurajak kembali ke Basilan dan mendirikan al-Harakut al-Islamiya atau gerakan Islam yang kita kenal dengan Abu Sayyaf bersama kader-kader muda MNLF yang tidak sepaham dengan kebijakan MNLF.[15] Abdurajak Janjalani mendirikan kelompok Abu Sayyaf terpisah dari Moro Nastional Liberation Front (MNLF), yang merupakan suatu kelompok pemberontak nasional yang menggunakan cara-cara perang Geriliya melawan pemerintah Filipina sejak tahu 1960-an.[16] Abdurajak dipandang sebagai seorang yang kharismatik, Abdurajak tertarik terhadap pergerakan pemuda-pemuda Muslim yang kembali dari belajar di Saudi Arabia, Libya, Pakistan dan Mesir, dan juga militant local. Bila dibandingkan dengan Hizbullah, kelompk Abu Saayaf memiliki anggota yang sangat sedikit, diperkirakan 500 orang lebih kuat ditahun 1990-an. Antara tahun 1991 dan 1998, kelompok militant ini mulai memperluas dan mengembangkan kemampuannya, dilihat dari pergerakannya kelompok ini rapi dalam melancarkanserangkaian serangan kecil terhadap warganegara asing. Pada tahun-tahun pertama, kelompok Abu Sayyaf banyak melakukan penculikan penduduk local, dan level kemampuan mereka meningkat disebabkan oleh banyaknya angota mereka adalah direkrut dari kelompok-kelompok yang tidak sejalan dengan perjuangan MNLF ataupun MILF.[17]
3. Perekrutan Anggota
Suatu keompok atau organisasi yang telah terbentuk, untuk mengembangkan dirinya, maka di perlukanlah anggota, perekrutan anggota adalah suatu persyaratan terpenting unuk sebuah kelangsusngan sebuah organisasi.suatukelompok membutuhkan anggota-angoota baru untuk menumbuhkan kekuatan dan melengkapi dari kehilangan setiap anggota.
Pada awlnya perekrutan anggota dari gerkan Abu Sayyaf diambil dari para pemuda Muslim yang tidak sejalan dengan kebijakan MNLF. Pada awal pembentukannya, kelompok ini hanya berkisar 500 orang. Walupun hanya sedikit tetapi gerakan ini berhasil membuat resah pemerintah Filipina dengan melakukan penculikan, pemboman dan pembunuhan orang-orang Kristen local maupun Asing. Menurut data pada tahun 2005 kelompk ini diperkirakan ada sekitar 200-300 anggota di bawah kepemimpina Khadafi Janjalani. Menurut Eusoquito P. Manalo, berargumen bahwa, “anggota kemopok Abu Sayyaf telah direkrut terbatas pada sebuah komunitas tertentuoleh kelompok etnic linguistic dan keluarga dimana kordinasi internal yang telah difasilitasi oleh kepercayaan.” Hal ini dibuat pengkelompokan yang sebenarnya mustahil dimasuki oleh agen pemerintah.[18]
D. Daerah Operasional
Komando dan control adalah mekanisme yang digunakan oleh kelompok teroriskordinasi rencana, dan eksekudi penyerangan. Kelompok teroris tidak hanya menopang aktivitas komando dan control jaringan merekatetapi juga melindunginya dari infiltrasi. Ditinjau dari kondisi geografis daerah Filipina Selatan yang masih banyak memiliki hutan. Menurut Eusoquito P. Manalo bahwa satu dari sembilah hutan yang tersebar di Filipina Selatan merupakan Markas dari Abu Sayyaf, basis sentral sekitar 20 x 40 mil dan tersembunyi dengan baik yang bila ditarik Garis Merah bahwa markas Abu Sayyaf bisa dikatakan benar-benar sulit dilalui. Hal ini akhirnya menjadi tempat serbuan pasukan, tetapi pada hari pertama, Abu Sayyaf telah yakin terhadap posisinya, dan beberapa dari mereka telah berhasil mempersulit militer pemerintah.
E. Hubungan Abu Sayyaf dengan JaringanLokal dan Internasional
1. Hubungan Lokal
Kelompok Abu Sayyaf dapat dikatakan adalah pecahan dari gerakan perlawanan MNLF, yangmana Abdurajak Janjalani pada awalnya merupakan anggota dari MNLF. Abdurajak adalah salah seorang yang mengkritik keras pimpinan MNLF yang agak moderat. Selanjutnya Abdurajak membentuk sebuah gerakan baru yakni Abu Sayyaf.
Kelommpok Abu Sayyaf walupun berbeda dengan dua kelompok gerakan lainnya. Seperti MNLF dan MILF, Karena dari ketiga kelompok ini memiliki tujuan yang sama yakni mendirikan sebuah negara Islam di Filipina. Factor pendukung lainnya adalah karena adanya kesatuaan agama yakni Islam. Huungan lokal antara kelompok Abu Sayyaf terlihat dimana militer Filipina yakin bahwa ada hubungan antara dua kelompok yakni Abu Sayyaf dan MILF, walaupun MILF hanya memberi dukungan secara Pasif. Menurut data dari pemerintah Filipina bahwa MILF telah memberikan dukungan berupa senjata kepada kelompok Abu Sayyaf sejak beroperasi di Basilan, intelegen pemerintah Filipina telah mengatakan bahwa kelompok ASG telah mengunakan kapal-kapal MILF dalam operasinya di Tawi-Tawi.
2. Hubungan Internasional
Pada akhir September 2001, militer Filipina mengkonfirmasikan secara spekulatif bahwa al-Qaeda telah menampakan dukungan terhadap material, kepemimpinan, dan pelatihan. Sebagai sebuah organisasi terosris transnasional, al-Qaeda telah berkembang melalui daerah-daerah Timur Tengah, Eropa Barat, Amerika Utara, dan Asia Selatan. Ditambah, hingga ke Asia Tenggara sebagai basis kunci dan daerah persiapan. Percabangan perkembangan mereka sebagai sebuah organisasi teroris, telah mengakibatkan timbulnya konflik sekterian, Kelompok Abu Sayyaf meperdalam hubungan mereka dengan organisasi teroris transnasional. Pada awalnya, Abu Sayyaf di danai melalui jaringan financial yang didirikan oleh Muhammad Jamal Khalifa, saudara Osama bin Laden, yang telah diutus ke Filipina pada 1991, dan mendirikan sebuah jaringan amal Islam. Kahlifa adalah anggota resmi yang langsung bersentuhan kedaerah untuk basis amal Saudi., the Islamic International Relief Organization (IIRO), dukungan ini tidak hanya untuk Filipina tetpi juga di Indonesia, Thailand dan Taiwan.[19] Selain hubungan dengan al-Qaeda yang telah memberi dukungan Finansial dari gerakan ini, Abu Sayyaf juga menjalin hubungan dengan JI (Jamaah-Islamiyyah).
Al-Qaeda diduga selain membantu dalam hal Finansial, namun juga telah membantu dengan pelatihan-pelatihan militernya kepada anggota-anggota dari Kelompok Abu sayyaf. Pejabat Militer Filipina mengatakan bahwa Abu sayyaf menerima bantuan materil dan Financial dan juga latihan militer dari jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden sampai tahun 1995, dan dua kelompok tersebut terus melakukan kontak.[20]
F. Perkembangan Gerakan Kelompok Abu Sayyaf
Pada bagian ke lima ini akan membahas mengenai perkembangan dari gerakan Abu Sayyaf, hal ini ditinjau dari seberapa besar pengaruh yang telah ditimbulkan oleh gerakan tersebut di Filipina.
Gerakan kelompok Abu Sayyaf dari awal pendiriannya telah banyak melakukan terror-teror yang telah meresahkan masyarakat, Abu Sayyaf telah melakukan penculikan, pengeboman dan aksi-aksi kekerasan lainnya dalam setiap aksinya untuk mencapai cita-cita mereka mendirikan sebuah negara teokrasi Islam.
Diketahui sampai sekarang bahwa di Filipina Selatan terdapat tiga kelompok perlawanan yang menonjol yaitu Moro National Liberation Front (MNLF), Moro Islamic Liberation Front dan Abu Sayyaf Group (ASG). Ketiga kelompok ini memiliki tujuan yang sama yakni mendirikan sebuah Negara teokrasi Islam dan pembangunan ekonomi wilayah mereka.
Kelompok Abu Sayyaf yang diperkirakan lahir di Basilan (Juga tempat utama operasinya), beroperasi di propinsi sulu dan Tawi-Tawi di kepulauan Sulu serta semenanjung Zamboanga. Pada bulan Maret-April 2001 mereka menjadi perhatian masyarakat luas melaui operasi penculikan dan penyanderaan. Pada awal kelompok ini berdiri, pada tahun 1991 mendapatkan perhatian dari masyarakat melalui aksi pemboman, penculikan dan kejadian-kejadian lainnya di sekitar Zamboanga. Pemimpin Kelompok Abu Sayyaf, Abdurajak Janjalani pernah menjadi anggota MNLF dan pengkritik keras kepemimpinan Nur Misuari di dalam MNLF. Saat masih menjadi anggota MNLF, pernah dikirim ke Libya untuk menjalani pelatihan keagamaan. Lima ttahun kemudian setlah kembali ke Basilan, dengan dibantu beberapa kaum muda MNLF, ia menjadi penceramah yang kharismatik dan seorang pengagas pendirian Negara Islam di Mindanao, Filipna Selata.
Abdurajak Janjalani bersama kelompoknya merupakan kelompok yang tidak menyetuji dilakukannya proses perdamaian antara MNLF yang tidak menyetujui delakukannya proses perdamaian antara MNLF dan Pemerintah Filipina. Abdurajak Janjalani pada tanggal 18 desember 1998 terbunuh dalam suatu pertempuran dengan polisi di kampong Lamitan Provinsi Basilan tetapi pendukung Abu Sayyaf tetap melanjutkan perjuangan melalui penculikan, pemboman dan pengumpulan uang secara paksa. Khadafi Janjalani (saudara Abdurajak Abubakar Janjalani) kemudian menjadi pemimpin Abu Sayyaf. Tujuan utamanya masih sama yakni mendirikan sebuah Negara Islam.[21]
Sepeninggalan Abdurajak Janjalani kelompok ini terpecah ke dalam faksi-faksi yang berbeda, kegiatannnya kemudian lebih diwarnai oleh perampokan dan penculikan ketimbang perjuangan politik.[22] hal ini terbukti pada tahun 2000, kelompok ini telah menculik 53 orang meliputi pendeta, beberapa guru dan pelajar. Untuk menebus sandera Abu Sayyaf menuntut uang tebusan dan dua orang Sandra dikabarkan telah dipenggal kepala.[23]
Saat penyanderaan in berlangsung, pada bulan April 2000 anggota Abu Sayyaf lanya melakukan operasi penyebrangan dari wilayah Negara Filipina bagian selatan menuju resort pulau wisata pulau Sipadan di wilayah Negara Malaysia. Di resort Malayasia mereka menculik 21 orang berkebangsaan Asing terdiri dari 9 orang Malaysia, 3 orang Jerman, 2 orang Perancis, 2 Orang Afrika Selatan, 2 Orang Finlandia, 1 Waniata Libanon, 2 orang Filipina, seluruh korban penculkan ini dibawa ke camp Abu SAayyaf di Taawi-Tawi untuk disandera kemudian dipindah ke Jolo.
Setelah serangan militer Filipina gagal membebaskan para sandera sejumlah wakil Negara Eropa, Malayasia dan Libya bergabung dengan perundingan Filipina dalam upaya membeadkan sandera. Pihak Abu Sayyaf menerbitkan sejumlah daftar tuntutan yaitu pendirian Negara Moro yang merdeka, pelepasan beberapa teroris yang diahan di luar negeri, pelarangan perahu nelayan yang beroperasi di lautan Sulu, perlindungan bagi warga Filipina yang berada di Sabah Malaysia dan uang tebusan drbsar sekitar 1 Juta dollar Amerika Serikat utuk satu orang sandera. Pada masa penyanderaan ke dua puluh tiga orang ini kelompok Abu Sayyaf juga sempat menyandera seorang wartawan Jerman dan dilepaskan setelah mendapat uang tebusan. Kemudian berturut-turut menyandera tiga orang wartawan TV Perandis, dua orang Filipina dan beberapa pendeta Filipina yang berusaha mengunjungi sandera. Di akhir bulan agustus 2001, seorang warga Negara Amerika Serikat turut di sandera setelah mengunjungi camp Abu Sayyaf sejumlah uang tebusan telah dibayarkan untuk melepaskan sandera ini. Usaha perundingan dengan kelompok ini tidak berhasil untuk membebaskan semua sandera. Empat Bulan kemudian, Agustus 2000, para penyandera meminta uang tebusan satu juta dollar Amaerika Serikatsebagai imbalan bila membebaskan tiga warga Negara Malaysia.
Sementara itu pada tanggal 10 September 2000 malam, tiga orang warga Negara Malaysia dilarikan dari resort wisat pulau Pandanan di lepas Pantai Sabah Malaysia oleh kelompok Abu Sayyaf dengan menggunakan kapal motor berkekuatan tinggi melampaui kecepatan kapal angkatan laut Filipina.[24] Bebrapa pihak menduga mereka menggunakan uang tebusan sandera sebelumnya untuk membeli peralatan-peralatan perlengkapan baru. Pada tanggal 21 Mei 20001 kellompok abu Sayyaf kembali manculik tiga warga Negara Amerika Serikat dan tujuh belas warga Negara Filipina dari resort wisata Palawan di Filipina.
Hingga akir tahun 2001, kelompok Abu Sayyaf masih membawa dua orang warga Negara Amerika Serikat dan satu perawat warganegara Filipina di pulau Basilan hasil penculikan tujuh bulan lalu. Hal ini di ketahui saat kelompok tersebut menawrkan perundingan pembebasan mereka di kota Zamboanga bulan April 2002.[25]Pada bulan Juni 2002 satu orang sandera warganegara Amerika Serikat yaitu Martin Burnham telah meninggal dunia saat dilakukan penyerangan oleh pasukan Filipina terhadap basis Abu Sayyaf yang menyandera dia. Sedangkan istrinya Gracia Burnham dapat diselamatkan. Sementara itu perawat Filipina yaitu Ediborah Yap telah telah tewas saat operasi penyelamatan oleh militer Filipina ini.[26]
Di bulan Juni 2002, Abu Sayyaf kembali melakukan aksi penculikan terhadap warga negara asing, Empat warganegara Indonesia menjadi korban penculikan dan penyanderaan mereka. Keempat orang asing ini adalah anak Buah Kapal (ABK) Kapal SM-88 yang sedang membawa batu bara dari Indonesia ke Pulau Cebu di Filipina Tengah. Penyergapan terhadap mereka dilakukan dilepas pantai Pulau Jolo dan keempatnya kemudian dibawa kedaratan Pulau Jolo. Dua hari kemudian satu ABK Indonesia Ferdinand Joel berhasil diselamatkan. Kemudian bulan Maret 2003 satu orang ABK Indonesia Zulkifli berhasil menyelamatkan diri dan melaporkan bahwa satu AK Indonesia lainnya yaitu Muntu Jacobus Winowatan diperkirakan telah meninggal dunia tertembak dalam operasi penyelamatan militer Filipina bulan Februari 2003. Sandera ABK Indonesia terakhir Lerrech berhasil melarikan diri dari tahanan Abu Sayyaf tanggal 11 April 2003.[27]
G. Tindakan Pemerintah Filipina Terhadap Gerakan Abu Sayyaf
Kelompok Abu Sayyaf dapat dikatakan masih muda, baru berkisar sembilan belas tahun. Kelompok ini telah berhasil melakukan aksi-aksi teror di Filipina yang menyebabkan pemerintah Filipina harus melakukan kebijakan-kebijakan atuapun tindakan-tindakan terhadap kelompok ini. Pemerintah Filipina memang telah disibukkan oleh dua kelompok gerakan lainnya, seperti MNLF dan MILF sebelumnya.
Dalam menanggulangi kelompok Abu Sayyaf pemerintah Filipina telah melakukan penyerangan-penyerangan yang telah diduga sebagai kamp dari Abu Sayyaf. Kelompok ini sangat sulit dilumpuhkan, disebabkan kelompok ini bertempat di pedalaman dari pulau Basilan. Pemerintah Filipina dalam mengagulangi gerakan ini juga meminta bantuan pihak asing, yakni Amerika Serikat. Sejak peristiwa 11 September, Amerika Serikat telah gencar-gencarnya melakukan perang terhadap terorisme, dan yang termasuk target pemusnahannya ialah gerakan Abu Sayyaf yang terdapat di Filipina.
Sejak aksi-aksi kekerasan yang telah dilakukan oleh kelompok Abus Sayyaf, pemerintah Filipina berfikir untuk melakukan tindakan tegas terhadap gerakan ini. Pemerintah Filipina mulai melakukan penyerangan-penyerangan ke kamp Abu Sayyaf. Baik pihak militer dan kepolisian di Filipina telah berkerjasama untuk menagkap anggota dari Kelompok ini. Pada tanggal 18 Desember 1998 dikabarkan bahwa Abdurajak Janjalani telah terbunuh dalam suatu pertempuran dengan polisi di kampung Lamitan provinsi Basilan.
Pada Bulan 2001 dikabarkan bahwa dua pemimpin kelompok Abu Sayyaf telah tertangkap oleh polisi di provinsi Basilan. Mereka adalah Hairus Muksan alias Abdul John Muskdan usia 33 tahun dan Binan Andan usia 25 tahun.[28]Sejak Presiden Gloria Macapagal-Arroyo memerintahkan penyerangangan penuh terhadap kelompok perlawanan di Filipina Selatan bulan April 2001, Kelompok Abu Sayyaf hingga akhir tahun 2001 telah kehilangan banyak anggotanya di medan pertempuran melawan pasukan pemerintah Filipina. Dan jumlah mereka saat akhir tahun tersebut diperkirakan sekitar 200-an orang pejuang.
Sepanjang tahun 2002, pemerintah Filipina talah berusaha keras menghentikan aktifitas kelompok Abu Sayyaf. Lima pemimpin tertinggi kelompok ini telah dinyatakan harus ditangkap. Mereka adalah Khadafi Abdurajak Janjalani, Jaminal Antel Sali, Aldam Tilao, Isnilon Totoni Hapilton dan Hamsitaji Marusi Sali. Perintah pengakapan dikeluarkan bulan Juli 2002 oleh menteri kehakiman Filipina, Hernando Perez.[29] Aldam Tilao kemudian tewas dalam suatu serangan militer Filipina di dekat pantai kota Sibuco kawasan Zamboanga, Jumat 21 Juni 2002.[30]
Pada Bulan Februaru 2003 Presiden Arroyo kembali melakukan tekanan terhadap kelompok Abu Sayyaf dengan meminta militer Filipina melakukan perampasan mengingat Abu Sayyaf masih terus melakukan penculikan-penculikan, diantaranya pelaut Indonesia yang telah diculik dan disandera sejak bulan Juni 2002, hingga Juli 2003 Khadafi Abdurajak Janjlani pemimpin Abu Sayyaf masih belum ditangkap. Diduga yang bersangkutan masih beroperasi bersama sekitar 70 orang pengikutnya.[31]
Usaha lain yang dilakukan oleh pemerintah Filipina yakni meminta bantuan terhadap pihak asing. Karena peranan sejarahnya dalam mengkolonialisasikan Filipina, Amerika Serikat telah menjadi faktor penting dalam menyelesaikan masalah-masalah kemerdekaan kelompk di Filipina. Namun, belakang ini, keterlibatan Amerika terutama dikembangkan dalam aliansi militernya dengan Filipina berdasarkan perjanjian pertahan bersama dan program bantuan asing. Pemerintah Amerika Serikat mempertahankan kepentingannya pada kelompok Abu Sayyaf khususnya, dan telah mengklaim kelompok Abu Sayyaf sebagai organisasi teroris.
Pada awal tahun 2000, Amerika dan Filipina terlibat dalam kerjasama latihan Militer yang besar yang sudah berlangsung sejak 1995. Bantuan Militer dalam bentuk dukungan dana ekonomi (Economic Support Funds) meningkat dari nol dalam dalam anggaran tahun 2000 menjdai sekitrar 4 milyar dollar di tahun2001, dan 15 milyar dolar dibutuhkan untuk tahun anggaran 2002. Pembiyaan untuk belanja senjata meningkat dari 1,4 juta dolar, kemudian 2 juta dolar, kemudian 19 juta dolar dalam periode yang sama. Kongres kubu Republik di Amerika, yang dipimpin oleh Dana Rohrabacher dari California, memegang peranan dalam menentukan meningkatnya bantuan Militer selanjutnya untuk Filipina.[32]
Pada akhir Oktober sebuah tim yang terdiri dari para penasehat sipil dan militer akan berangkat ke Filipina untuk melatih tentara Filipina menghadapi kelompok Abu Sayyaf dan memberikan nasehat bagi militer Filipina dalam operasi mereka menghadapi kelompok Abu Sayyaf, para penasehat Amerika telah melatih “fight reaction company” (semacam pasukan khusus) –berangotakan sekitar 102 tentara Filipina menyediakan perlengkapan operasi menghadapi teroris di Basilan.[33]
Dalam penanggulangan kelompok Abu Sayyaf telah semaksimal mungkin melakukan perlawanan terhadap kelompok ini untuk menjaga keamanan di Filipina. Pada tahap awal pemerintah Filipina telah berhasil membunuh pimpinan pertama Kelompok Abu Sayyaf, namun itu belum dapat menghentikan pergerakan kelompok ini. Selanjutnya, Kelompk Abu Sayyaf mulai melakukan kerjasama dengan Amerika. Kerjasama ini didahului dengan kerjasama Militer dimana Amerika mulai melatih anggota-anggota dari tentara Filipina dalam menaggulangi gerakan Filipina.
H. Kesimpulan
Diawali oleh berbagai konflik yang terjadi di Filipina, kelompok Abu Sayyaf merupakan gerakan separatis yang lahir dari sejarah konflik di Filipina. Kelompok Abu sayyaf merupakan salah satu gerakan yang lahir di Basilan. Kelahiran kelompok ini di tandai dengan mulai terpecahnya gerakan MNLF, yangmana Abdurajak Janjalani yang tidak sepakat dengan cara-cara diplomasi yang dilakukan oleh Nur Misuari selaku pimpinan MNLF dikala itu.
Untuk mencapai cita-citanya yakni mendirikan sebuah negara Islam di Filipina Selatan. Kelompok Abu Sayyaf melakukan perlawanan dengan cara kekerasan. Kelompok Abu Sayyaf melakukan pemboman, penculikan, dan pengeksekusian terhadap sandera. Gerakan Kelompok Abu sayyaf ini terlihat dengan jelas sebagai sebuah gerakan yang mengakibatkan adanya sebuah konflik antar agama, dilain faktor politik yang awalnya diperjuangkan oleh Abdurajak Janjalani.
Walaupun gerakan Kelompok Abu sayyaf terbilang kecil, tetapi kelompok ini telah berhasil menguncang kestabilan negara Filipina dengan melakukan pengeboman-pengeboman di daerah-daerah Filipina. Konflik yang diusung oleh gerakan ini memang konflik antar agama, dimana kristen sebagai mayoritas dan islam sebagai minoritas. Kelompok Abu sayyaf berjuang untuk membebaskan umat Muslim Moro dari penjajahan orang-orang Kristen, karena bila dilihat dari sejarahnya, Filipina pernah menjadi sebuah negara kesultanan Islam Sulu yang pernah Jaya di negara tersebut. Faktor inilah yang menjadi dasar dari orang-orang Moro melakukan perjuangan untuk membebaskan diri dari negara Filipina,
Perkembangan selanjutnya, dikarnakan telah banyakanya orang-orang Kristen yang tinggal di pulau Mindanao Selatan dan mengakibatkan tersingkirnya orang-orang Muslim dari pulau ini ke daerah-daerah pesisir dari pulau ini. Karena measa tersingkirkan Kelompok Abu sayyaf berusaha untuk membeaskan daerah ini dengan memusuhi orang-orang Kristen dengan cara meneror mereka dengan melakukan kekerasan.
Keeksistensiaan dari kelompok Abu Sayyaf, didukung oleh bantuan dari luar Filipina. Al-Qaeda yang merupakan sebuah jaringan teroris internasional telah banyak membantu kelompok Abu sayyaf dalam hal financial. Al-Qaeda membantu Abu Sayyaf dalam rangka memperluas jaringannya. Segala keperluan Abu Sayyaf menyangkut persenjataan semuanya di danai oleh al-Qaeda. Diluar itu semua kelompok Abu Sayyaf juga mendapatkan dana dari uang tebusan sandera.
Hingga saat ini keberadaan Kelompok Abu Sayyaf tetap ada di Filipina, berusaha mendirikan negara Islam adalah cita-cita mereka. Solusi telah banyak ditawarkan oleh pmerintah Filipian, tetapi kelompok ini tidak dapat menerima cara-cara damai dan lebih memilih perang. Pemerintah Filipina dan Amerika telah berusaha untuk melakukan penghentian terhadap gerakan ini namun kelompok ini tetaplah sulit untuk dimusnahkan, karena mereka melakukan cara-cara gerilliya dalam gerakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar