Senin, 24 Oktober 2022
Polisi Dan Dinkes Sidak Apotek Di Pidie Jaya !!
Razia apotek di wilayah Kabupaten Pidie Jaya tersebut menindaklanjuti surat pemerintah pusat yang dikeluarkan tanggal 18 Oktober 2022 terkait larangan peredaran obat-obatan jenis sirup atau cair.
"Dari kegiatan ini, kita tidak menemukan apotek yang masih menjual obat sirup anak yang sudah dilarang pemerintah, sebelumnya kita juga sudah menghimbau terkait larangan penggunaan obat tersebut oleh pemerintah pusat," kata Kadinkes Pidie Jaya, Eddy Azwar.
Namun, katanya, dari razia bersama Satreskrim Polres Pidie Jaya, beberapa Apotek masih menyimpan beberapa jenis obat sirup yang diduga mengandung Etilen Glikol dan Dietilen Glukol.
"Salah satu pemilik apotek di Kecamatan Bandar Dua mengaku, obat-obat sirup tersebut tidak mereka jual lagi karena sudah ada larangan dari pemerintah. Saat ini pemilik apotek sedang menunggu pihak distributor untuk menarik kembali obat-obat tersebut," jelasnya.
Sementara, Kasat Reskrim Polres Pidie Jaya, Iptu Dedi Miswar menyebutkan, pihaknya akan melakukan pengawasan guna memastikan obat-obatan yang dilarang tidak dijual.
Ia meminta kepada pemilik apotek atau depot obat untuk mengembalikan obat-obatan yang telah dilarang itu kepada pihak distributor.
"Untuk Pemilik Apotek dan Depot obat untuk segera menghubungi pihak distributor agar obat-obat yang sudah dilarang pemerintah bisa ditarik secepatnya," tegas Kasat Reskrim Polres Pidie Jaya itu.
Pidie Jaya Hasilkan 164 Ton Kedelai
Meureudu. Selain padi, Pidie Jaya juga penghasil palawija seperti halnya jagung dan kedelai. Kedua komoditi tersebut ditanami usai panen padi musim tanam rendengan (MTR).
Atau dengan kata lain, palawija ditanami pada musim gadu. Kali ini, luas tanam kedelai disana 164 hektare tersebar di tiga kecamatan (Meureudu, Trienggadeng, Bandarbaru), hasil rata-rata 2 ton/ha dan harga jual Rp 4.500/kg.
Kadis Pertanian dan Pangan (JKadistanpang) Pidie Jaya, drh Muzakkir Muhammad didampingi, Rusdi SP, Sekretarisnya, kepada Rakyat Aceh, Minggu (23/10/2022) menyebutkan bahwa, dalam beberapa tahun terakhir luas penanaman kedelai cendrung menurun.
Alasannya, antara lain karena harga jual rendah dan budidaya pun tergolong agak rumit. Sehingga hampir semua mereka beralih ke komoditi jagung.
Hanya dalam setahun terakhir harganya meningkat yaitu Rp 9.000-Rp 10.000/kg, sementara sebelum tahun 2020 boleh dikatakan rata-rata hanya Rp 6000-Rp 7.000/kg.
Pun begitu, lanjut Muzakkir, karena petani sudah tergiur dengan harga jual jagung pipilan (untuk bahan baku pakan ternak) sehingga luas tanam tahun ke tahun semakin meningkat. Bandardua dan Bandarbaru hutannya jagung, kata Muzakkir.
Kadistanpang mencontohkan seperti tahun ini, luas panen hanya sekitar 82 hektare tersebar di tiga kecamatan. Produksi rata-rata per-hektare 2 ton (totalnya 164 ton).
Meureudu lokasi penanaman terluas di kawasan Perbukitan Krueng Tije. Bandarbaru antara lain, Kemukiman Cubo dan Jiemjiem. Sementara Trienggadeng juga tersebar di kawasan selatan seperti, Puduek, Peulandok dan Tampui.
H Zulkifli HM Ali, salah seorang pedagang pengumpul di Pidie Jaya, menyebutkan, penanaman kedelai di Pidie Jaya terbatas. Hal itu berbeda jauh dibandingkan sekitar 10-12 tahun lalu.
“Dulu, Trienggadeng dan Bandarbaru kedelai terluas di Pidie Jaya. Tapi selama ini terbatas. Petani enggan tanam kedelai karena harganya rendah,” sebut H Joel yang juga produsen benih.
H Joel, Direktur CV Bina Tani yang juga mantan penyuluh pertanian kepada media ini membenarkan, ia juga sebagai penampung kedelai produksi di tiga kecamatan di Pidie Jaya.
Ia membeli Rp 9.000-Rp 10.000/kg tergantung kwalitas atau kadar air. Kedelai tersebut diproses mulai dari pengeringan, penyortiran hingga pengepakan untuk selanjutnya dijual sebagai benih kepada kelompok tani
Minggu, 23 Oktober 2022
Daftar Nama-Nama Obat Sirup Anak Yang Dilarang Kemenkes !!!
Rabu, 24 Agustus 2022
Empat Terdakwa Kasus Sabu di Pijay Dituntut Hukuman Mati
Jumat, 17 Juni 2022
Pemkab Pijay Beli Tanah Rp 4,5 Miliar untuk Kejari
“Benar, tahun ini Pemkab melakukan pengadaan tanah, nantinya tanah itu akan dihibah untuk pembangunan kantor Kejari Pidie Jaya,” kata Plt Dinas Pertanahan Kabupaten Pidie Jaya.
Islamudin menyebutkan, tanah persawahan yang terletak di pinggir jalan Nasional Banda Aceh -Medan di Gampong Meunasah Krueng, Kecamatan Ulim, tepatnya berada di dekat sekolah MAN Ulim itu dibeli oleh Pemkab pada salah seorang masyarakat setempat dengan harga Rp 512 ribu per meter dengan luas 8.616 meter.
“Untuk harganya ditentukan atau dihitung oleh KJPP,” sebutnya.
Sejatinya, anggaran yang bersumber dari APBK Pidie Jaya tahun 2022 untuk pengadaan tanah guna dihibahkan untuk pembangunan kantor Kejari Pidie Jaya ini senilai Rp 5 miliar. Namun setelah dihitung oleh KJPP, tanah yang berada di Gampong Meunasah Krueng, Kecamatan Ulim, sebesar Rp 4,43 miliar.
“Anggaran yang ditempatkan memang Rp 5 miliar, tapi setelah dihitung oleh KJPP, harga tanah itu Rp 512 ribu per meter. Setelah dibayar untuk KJPP sebesar Rp 98 juta, sisa anggaran itu masih ada sekitar Rp 300 juta,” terang Islamuddin.
“Untuk pembayarannya telah dilunasi,” tambahnya.
Untuk diketahui, Kejari Pidie Jaya saat ini berkantor di Jalan Banda Aceh – Medan, tepatnya sekitar 50 meter ke arah barat dari jembatan layang menuju komplek perkantoran Bupati Pidie Jaya.
Selain itu, Kejari Pidie Jaya juga memiliki kantor di komplek perkantoran Bupati Pidie Jaya, tepatnya di belakang kantor bupati setempat. Meski terlihat masih berdiri kokoh, tetapi kantor tersebut sudah tidak ditempati lagi karena mengalami rusak berat akibat gempa Pidie Jaya 7 Desember 2016. Pasca gempa Pidie Jaya akhir tahun 2016 itu, kantor yang didominasi warna hijau putih itu sempat difungsikan.